Peneliti hukum dari Indonesia Corruption Watch (ICW) Donal Fariz menganggap calon ketua DPR yang diajukan Partai Golkar tak ada yang memiliki rekam jejak bersih dari korupsi. Ketua Umum Partai Golongan Karya Aburizal Bakrie dalam rapat pleno pimpinan pusat, Jumat malam menyatakan ada tiga nama yang dicalonkan sebagai kandidat Ketua DPR. Mereka adalah Ketua Fraksi Setya Novanto, Wakil Ketua Umum Fadel Muhammad, dan Sekretaris Fraksi Ade Komaruddin.
"Mereka semua punya rekam jejak buruk dalam pemberantasan korupsi," kata Donal saat dihubungi, Sabtu malam 27 September 2014. (Baca:Golkar Calonkan Setya Novanto Jadi Ketua DPR )
Ia juga menyatakan bahwa langkah Golkar menyorongkan ketiganya sebagai ancaman bagi Demokrasi. Katanya, Koalisi Merah Putih, yang di dalamnya turut pula Golkar, hanya berorientasi pada bagi-bagi kekuasaan semata. "Mereka mengatur siapa-siapa yang bakal duduk di jabatan tertentu," kata dia.
Setya disebut-sebut terlibat kasus suap anggaran PON 2012 di Riau. Menjabat Ketua Fraksi Partai Golkar di DPR, Setya diduga sebagai orang yang mempunyai peran penting dalam mengatur aliran dana ke anggota Komisi Olahraga DPR untuk memuluskan pencairan anggaran PON di APBN.(Baca:Setya Novanto Digadang Jadi Calon Ketua DPR)
Sebagai politikus sekaligus pengusaha, nama Setya bukan baru kali ini dikaitkan dengan sejumlah kasus. Pada 1999, misalnya, bersama Djoko S. Tjandra, Setya ditetapkan sebagai tersangka kasus pengalihan hak tagih Bank Bali. Kasus ini meletup setelah Bank Bali mentransfer dana Rp 500 miliar lebih kepada PT Era Giat Prima, milik Setya, Djoko, dan Cahyadi Kumala. Tapi, hingga kini, kasus tersebut tak jelas ujungnya.
Pada 2010, nama Setya tersangkut kasus penyelundupan beras dari Vietnam sebanyak 60 ribu ton. Anggota DPR tiga periode itu juga disebut terlibat penyelundupan limbah beracun (B3) di Batam pada 2006. Jejak Setya juga disebut dalam kisruh tender KTP elektronik (e-KTP). Namun ia selalu tak tersentuh.
Sumber Tempo menyebutkan, Setya selalu lolos karena kelihaiannya merangkul sejumlah kalangan. »Sudah lama Setya membangun jejaring, dari politikus, pebisnis, hingga polisi dan kejaksaan,” kata sumber itu.
Kedudukan Setya di partai juga sangat kuat. Sebagai bendahara umum partai, ia harus mengumpulkan dana tak sedikit. Untuk operasional partai tiap bulan saja diperlukan setidaknya Rp 10 miliar. »Dari mana duit itu bisa diperoleh?” ujar seorang koleganya di partai berlambang beringin itu.
Kepada Tempo, yang menemuinya Rabu pekan lalu, Setya membantah terlibat dalam kasus PON Riau. Adapun Sekretaris Jenderal Golkar Idrus Marham meminta semua pihak menghormati hukum. »Ini Pak Setya masih disebut namanya, belum pasti bersalah,” ujar Idrus.(Baca:UU Pilkada, Netizen Minta SBY Stop Bersandiwara)
Sedang Fadel pernah diperiksa Kejaksaan Tinggi Gorontalo pada Juni 2012 dalam kasus korupsi proyek pengadaan alat kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Boalemo dan Pohuwato tahun 2004. Korupsi itu senilai Rp 7,9 miliar. Dalam kasus ini Fadel masih berstatus saksi.
Fadel Muhammad juga pernah menjadi tersangka dalam kasus dugaan korupsi pengucuran dana sisa lebih Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2001 senilai Rp 5,4 miliar.
Sedangkan Akom, panggilan akrab Ade, diduga melakukan politik uang saat pemilihan legislator 2014. Kolega Ade dari satu dapil, yakni Nurul Arifin mengibaratkan pertarungan di dapil Jabar VII (Purwakarta, Karawang, Bekasi) laiknya perang di Suriah. "Perang melawan saudara sendiri," kata dia. Ia menyebut dirinya gagal ke Senayan lantaran guyuran uang kerabatnya satu dapil.
Sumber : id.berita.yahoo.com/icw-calon-ketua-dpr-dari-golkar-tak-berintegritas-224721564.html

Tidak ada komentar:
Posting Komentar